The Legend Of Banyuwangi – Legend Narrative Text

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh😊

Bismillahirrahmanirrahim

Sobat tau kan Kota Banyuwangi di Jawa Timur? saya yakin pasti sudah tahu semuanya. Tapi kalau asal mula kenapa kota tersebut disebut dengan Banyuwagi, sudah tahu belom? Apa karena ada air yang wangi baunya ato gimana. Oke untuk lebih jelasnya simak cerita ini ya sobat..

The Legend Of Banyuwangi

Once upon a time, there was a local ruler named King Sulahkromo. The king had a Prime Minister named Raden Sidopekso. The Prime Minister had a wife named Sri Tanjung. She was so beautiful that the king wanted her to be his wife.

One day, the King sent his Prime Minister to a long mission. While the Prime Minister was away, the King tried to get Sri Tanjung. However he failed. He was very angry. Thus, when Sidopekso went back, the King told him that his wife was unfaithful to him. The Prime Minister was very angry with his wife. Sri Tanjung said that it was not true. However, Sidopekso said that he would kill her. He brought her to the river bank. Before he kill her and threw her into the river, she said that her innocence would be proven After Sidopekso killed her, he threw her dead body into the dirty river.

The river immediately became clean and began to spread a wonderful fragrance. Sidopekso said, “Banyu…Wangi… Banyuwangi”. This means “fragrant water”. Banyuwangi was born from the proof of noble and sacred love.

Terjemahannya

Legenda Banyuwangi

Dahulu kala, ada seorang penguasa lokal bernama Raja Sulahkromo. Raja memiliki seorang Perdana Menteri bernama Raden Sidopekso. Perdana Menteri memiliki seorang istri bernama Sri Tanjung. Dia begitu cantik sehingga sang raja menginginkannya menjadi istrinya.

Suatu hari, Raja mengirim Perdana Menterinya ke sebuah misi yang panjang. Sementara Perdana Menteri pergi, Raja mencoba untuk mendapatkan Sri Tanjung. Namun dia gagal. Dia sangat marah. Jadi, ketika Sidopekso kembali, Raja mengatakan kepadanya bahwa istrinya tidak setia padanya. Perdana Menteri sangat marah dengan istrinya. Sri Tanjung mengatakan bahwa itu tidak benar. Namun, Sidopekso mengatakan bahwa dia akan membunuhnya. Dia membawanya ke tepi sungai. Sebelum Sidopekso membunuhnya dan melemparkannya ke sungai, dia mengatakan bahwa ketidakbersalahannya akan terbukti Setelah Sidopekso membunuhnya, dia melemparkan mayatnya ke sungai yang kotor.

Sungai segera menjadi bersih dan mulai menyebarkan keharuman yang indah. Sidopekso mengatakan, “Banyu … Wangi … Banyuwangi”. Ini berarti “air harum”. Banyuwangi lahir dari bukti cinta mulia dan sakral.

Versi lain

The Legend of Banyu Wangi

Once upon a time, in eastern part of Java Island, there was a kingdom ruled by a king. The king’s name was Prabu Menak Prakoso. One day, Prabu Menak and his soldiers invaded the kingdom of Klungkung in Bali. The king of Klungkung was killed, yet his daughter, Made Surati, and his son, Agung Bagus Mantra, were able to escape and hide in the jungle.

Prabu Menak Prakoso had a son named Raden Banterang. He was such a handsome young man. One day, Raden Banterang went to the jungle for hunting. It was in the jungle that Raden Banterang met Made Surati. She was then taken to Blambangan to be his wife. Raden Banterang and Made Surati enjoyed a happy life in the Palace.

When Raden Banterang was hunting one day, Made Surati was surprised by the arrival of a dirty beggar asking for her pity. The princess was surprised to find that the beggar was her older brother, Agung Bagus Mantra. She promptly squatted and embraced her brother’s legs. However, her great respect of her brother was not well accepted. Instead, Agung Bagus Mantra asked his sister to kill Raden Banterang. But such a request was rejected. He was very angry with her and came up with a sly idea to slander her.

Slowly but surely, Agung succeeded in convincing Raden Banterang that his wife had been involved in a scandal with another man. Asking for compassion, Made Surati tried to tell the truth and denied her husband’s accusation. Hearing his wife explanation, the king became angrier and angrier. As a proof of her sacred love, she asked her husband to kill her. As her last request, she asked her husband to throw her dead body into the river. She said that if the water in the river smelled terrible, it meant that she had ever been sinful. But if it smelled fragrant, it meant that she was innocent.

Raden Banterang who was unable to control his emotions soon stabbed his kerís (dagger) into his wife’s chest. She died instantly. The dead body of Made Surati was quickly thrown into the dirty river. Raden Banterang was shocked to see the river suddenly become clean and as clear as glass with a fragrant smell. Raden Banteraflll screamed crazily and regretted what he did. He walked unsteadìly and fell into the river screaming, “Banyu… Wangì… Banyuwangi!” This means “fragrant water”.

Terjemahannya

Pada jaman dahulu, di bagian timur pulau jawa, ada sebuah kerajaan yang diperintahan oleh seorang Raja. Nama raja tersebut adalah Prabu Menak Prakoso. Suatu hari, Prabu Menak dan tentaranya menginfasi kerajaan Klungkung di Bali. Raja Klungkung terbunuh, akan tetapi Anak perempuannya, Made Surati dan saudara laki lakinya, Agung Bagus Mantra, dapat melarian diri dan bersembungi di hutan.

Prabu Menak Prakoso mempunyai anak laki laki yang bernama Raden Banterang. Dia sangat tampan. Suatu hari Raden Banterang pergi ke hutan untuk berburu. Ini adalah hutan dimana Raden Banterang bertemu degan Made Surati. Dia dibawa ke Blambangan untuk menjadi istrinya. Raden Banterang dan Made Surati menikmati kehidupannya di istana kerajaan.

Ketika Raden Banterang sedang berburu, Made Surati sangat terkejut oleh kedatangan seorang pengemis kotor yang meminta belas kasihan. Putri itu terkejut menyadari bahwa pengemis itu adalah kakaknya. Agung Bagus Mantra. Dia dengan segera memegang kaki dari pengemis tersebut dan memeluk kaki kakaknya tersebut. Akan tetapi, rasa hormat terhadap kakanya tidak diterima dengan baik. Malahan, Agung Bagus Mantra meminta saudara perempuannya untuk membunh Raden Banterang. Akan tetap permintaan itu ditolak oleh Made Surati. Agung Bagus Mantra sangat marah padanya dan mempunyai ide untuk memfitnahnya.

Secara pelan, Agung berhasil meyakinkan Raden Banterang bahwa istrinya telah terlibat skandal dengan laki laki lain. Sambil meminta ampun, Made Surati mencoba untuk mencoba menceritakan kebenaran dan menyangkal tuduhan suaminya. Mendengar penjelasan dari istrinya, Raja menjadi semakin marah dan marah. Sebagai bukti cinta sucinya, dia meminta suaminya untuk membunuhnya. Sebagai permintaannya, Made Surati meminta suaminya untuk melempar jasadnya ke dalam sungai. Made Surati mengatakan jika air di sungai berubah berbau tidak enak, berarti dia telah berbohong. Akan tetapi jika baunya harum, itu berarti bahwa dia tidak bersalah.

Raden Banterang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan segera menusuk kerisnya kedalam dada istrinya. Dia meninggal seketika. Jazad dari Made Surati dengan segera dilemparkan ke dalam air yang kotor. Raden Banterang terkejut melihat Sungai tiba tiba menjadi bersih dan sebening kaca dengan bau harum. Raden Banterang menjerit dengan gila dan menyesalinya. Dia berjalan ke dalam air sambil berteriak “ Banyu Wangi Banyu wangi” yang berarti Air yang harum .

Baca juga Narrative Text (Penjelasan Dan Contoh)

Demikianlah Dongeng Bahasa Inggris , legenda tentang The Legend Of Banyuwangi. Somoga kita dapat mendapatkan manfaat dari cerita diatas. Jangan lupa kasih comment mengenai artikel ini, dan jangan bosen mampir di blog ini lagi ya…

Thank you for visiting our site. We were delighted to have you come to this site. I hope you enjoy this site and feel happy everytime. Don't forget to visit this site next time..

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*